Cara Menyimpan Glaze Yang Benar
Masih banyak orang yang belum mengetahui cara menyimpan glaze yang benar. Padahal, ketika anda...
Walaupun sudah cukup populer, tetapi masih banyak yang belum benar-benar mengetahui apa itu mochi. Makanan yang terkenal berasal dari Jepang ini, sebenarnya memiliki sejarah yang panjang juga di Indonesia. Bahkan, pemerintahan Jawa Barat telah menetapkan mochi (atau moci dalam bahasa Indonesia) sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2022.
Melalui artikel ini, Anda akan mempelajari lebih dalam mengenai apa itu mochi dan sejarahnya. Selain itu, Anda juga akan mendapatkan penjelasan lengkap mengenai perkembangan mochi di Indonesia, serta beberapa rekomendasi isian mochi. Mari simak selengkapnya di bawah ini!
Mochi merupakan kue berbentuk bulat yang terbuat dari beras ketan dan biasanya memiliki adonan kacang sebagai isiannya. Mochi juga terkadang memiliki beberapa bahan tambahan lain, seperti air, gula, dan tepung jagung, serta isian lain, seperti cokelat atau kacang merah. Dalam pembuatan mochi, beras ketan yang digunakan akan ditumbuk hingga menjadi pasta, lalu dibentuk sesuai dengan keinginan (biasanya bulat).
Mochi memiliki sejarah dan asal usul yang cukup panjang dan rumit. Kue beras yang satu ini memang terkenal berasal dari Jepang. Namun, mochi yang kita kenal di Indonesia (atau moci), bukan merupakan bawaan dari Jepang, melainkan makanan tradisional khas Jawa Barat yang berasal dari Kerajaan Sunda pada zaman dahulu.
Proses mengukus beras ketan dan membuatnya menjadi pasta dianggap berasal dari Tiongkok kuno, dan telah diperkenalkan ke Jepang dari Asia Tenggara beberapa waktu setelah penanaman padi diperkenalkan ke Jepang pada akhir periode Jōmon (sekitar 14,000 – 300 SM). Awalnya, mochi dibuat menggunakan beras merah, bukan beras ketan seperti yang kita ketahui sekarang.
Seiring dengan berjalannya waktu, mochi dianggap sebagai salah satu makanan yang memiliki kekuatan spiritual tersendiri. Menurut buku Bungo no kuni fudoki, yang disusun pada akhir abad ke-8 pada periode Nara, saat itu seorang pria kaya membuat mochi berbentuk pipih dari sisa nasi dan menembakkan panah pada mochi tersebut. Lalu, mochi berubah menjadi burung putih dan terbang. Setelah itu, sawah milik pria kaya tersebut menjadi tandus. Jadi, orang Jepang percaya bahwa mochi harus dibuat menjadi bulat agar tidak membawa kesialan.
Pada periode Heian (794 – 1185), mochi mulai disajikan untuk merayakan pernikahan serta kelahiran seorang anak. Selain itu, pada periode Heian juga, mochi mulai disajikan untuk merayakan tahun baru. Hingga saat ini, mochi masih menjadi makanan yang identik dengan perayaan tahun baru di Jepang.
Pada periode Muromachi (1336 – 1573), para samurai sering membawa mochi sebagai bekal ketika berperang. Bentuk dari mochi yang kecil, membuatnya sangat praktis untuk dibawa ke medan perang. Selain itu, mochi juga dianggap dapat mengenyangkan karena terbuat dari beras dan memiliki isian kacang.
Secara tradisional, proses pembuatan mochi disebut sebagai mochitsuki dan merupakan acara budaya yang penting di Jepang. Biasanya, mochitsuki melibatkan anggota komunitas atau keluarga dari daerah setempat. Meskipun kurang umum pada zaman modern, tetapi mochitsuki masih sering dilakukan di sebagian besar daerah pedesaan, serta di kuil-kuil perkotaan, tempat-tempat suci, dan ruang-ruang komunitas, terutama pada hari-hari menjelang tahun baru di Jepang.
Di Indonesia, moci merupakan salah satu makanan tradisional yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya dari daerah Sukabumi. Moci yang ada di Indonesia dan mochi yang ada di Jepang kurang lebih memiliki karakteristik, bahan pembuatan, serta proses pembuatan yang sama. Lagi pula, proses pembuatan mochi diperkenalkan ke Jepang dari Asia Tenggara.
Menurut beberapa Antropolog dan Sejarawan Indonesia, moci yang ada di Indonesia berasal dari Kerajaan Sunda yang ada di wilayah barat pulau Jawa ketika masa kejayaan kerajaan-kerajaan Islam. Di Indonesia era modern, sekarang moci sudah berkembang luas, dan beberapa daerah lain di pulau Jawa, seperti Semarang dan Yogyakarta sudah memiliki moci khas daerah masing-masing.
Mochi memang merupakan kue yang sangat nikmat untuk disantap kapan saja, baik itu yang berasal dari Jepang maupun Indonesia. Berikut ini adalah beberapa pilihan isian kue mochi yang lezat.
Rasa klasik dari moci Indonesia dengan isian tradisionalnya, yaitu adonan kacang tanah, memang memiliki kenikmatannya tersendiri. Tekstur yang lembut dari mochi akan berpadu sangat baik dengan rasa gurih dari kacang.
Jika biasanya moci Indonesia menggunakan adonan kacang tanah sebagai isiannya, mochi Jepang biasanya menggunakan anko (adonan kacang merah yang dicampur dengan bahan pemanis seperti gula) untuk isiannya. Jadi, Anda dapat merasakan lembut, gurih, dan manis berpadu dengan sangat nikmat.
Seiring dengan perkembangan zaman, ada banyak sekali orang yang bereksperimen pada isian mochi, salah satunya adalah dengan menggunakan es krim. Untungnya, eksperimen tersebut berhasil, dan menciptakan variasi baru yang sangat unik dari mochi.
Ketika memakan mochi es krim, Anda akan mendapati tekstur yang kenyal dan lembut dari mochi saat pertama kali digigit, lalu disusul rasa dingin dan manis dari es krim. Kombinasi keduanya dijamin dapat membuat Anda ketagihan.
Siapa sih yang tidak suka cokelat? Rasa khas yang manis dan agak pahit dari cokelat membuatnya sangat disukai oleh banyak orang. Sudah ada banyak sekali makanan tradisional yang mulai menyediakan varian rasa cokelat, termasuk mochi. Jika Anda belum pernah mencoba mochi cokelat, sebaiknya segera mencobanya agar tidak kelewatan kenikmatan duniawi yang satu ini.
Apabila Anda ingin membuat mochi cokelat, coba gunakan dark filling dari Tulip Chocolate untuk isiannya. Selain untuk mochi, Anda juga dapat menggunakannya untuk isian makanan lain, seperti roti, kue, dan masih banyak lagi. Jika tertarik, Anda dapat langsung mengunjungi kami di sini!
Masih banyak orang yang belum mengetahui cara menyimpan glaze yang benar. Padahal, ketika anda...
Ada berbagai macam resep makanan dan minuman yang menggunakan cokelat sebagai bahan dasar atau...
Leave a Comment